BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 26 Juni 2009

DAMIT

Damit merupakan daerah tangkapan air yang terletak disalah satu rangkaian penggunungan meratus yang terletak di Kabupaten Tanah Laut. Damit juga disebut danau buatan yang keberadaannya sangat penting bagi masyarakat sekitarnya. Dalam praktikum di Damit kami melakukan beberapa pengukuran yaitu mengukur pH dan kelembaban tanah dengan mengunakan soiltester, mengukur pH air dengan menggunakan pH meter manual, mengukur suhu air di damit dengan menggunakan thermometer, mengukur intensitas cahaya dengan menggunakan keeping sacchi, dan mengambil sampel tanah dengan menggunakan alat eksmen grape. Kami mendapatkan data yaitu pH tanah dan kelembapan di damit sebesar pH nya 6 dan kelembapannya 55 %, pH di dangkal 8 dan di dalam 9, suhu air pada daerah dangkal 50C dan pada daerah dalam sebesar 7,50C , dan intensitas cahaya hanya sampai pada kedalaman 52,5 cm.

Kawasan Damit ini sangat penting keberadaannya bagi masyarakat sekitar untuk berbagai keperluan, seperti pertanian, pembudidayaan perikanan, perkebuanan, maupun sebagai sumber air bagi masyarakat sekitarnya. Daerah tangkapan air ini terbentuk dari anak sungai yang mengalir dan dari air hujan, disini merupakan contoh di mana hutan telah rusak dan interferensi manusia harus dilakukan untuk mendapatkan air.ibuatnya daerah tangkapan air yang di daerah ini dikarenakan daerah ini sangat kurang akan keberadaan air. Yang mana air sangat diperlukan untuk pengairan sawah serta kebun petani, belum lagi untuk keperluan lainnya. Dari bendungan inilah petani bergantung. Akibat hujan yang turun akhirnya tertampunglah air di bendungan ini. Hutan-hutan kecil yang berada di sekitar kawasan ini juga ikut berperan atas ketersediaan air bagi bendungan tersebut.

Daerah bendungan atau kawasan tangkapan air ini masih sangat layak untuk dipertahankan sebagai habitat berbagai organisme dan dialihkan fungsinya untuk peningkatan manfaatnya sebagai pemasok air bagi pengairan sawah dan kebun masyarakat. Seperti yang dilakukan masyarakat sekitar dengan cara menanam tanaman karet, padi dan sayur-sayuran yang dapat menambah pemasukan sendiri bagi masyarakatnya.Dikawasan bendungan ini juga terdapat flaura dan fauna, seperti terdaptnya,ikan – ikan kecil,keong,ular air,undang,teratai, dan tumbuhan lain – lainnya.

Apabila pasokan air yang ada di damit jumlahnya menurun maka sawah para warga kemungkinan akan kekeringan dan pasokan air bersih akan kurang sehingga banyak warga yang mengalami gagal panen. Hal ini kemungkinan akan terjadi jika hutan yang ada di sekitar damit habis di tenbang dan kemarau yang berkepanjamgan. Pada pembangunan damit sendiri telah membuat ekosistem yang ada di daerah tersebut menjadi tidak sesuai apalagi di daerah hulu sendiri. Maka jika manusia salah dalam eksploitasi sumber daya alamnya maka mengakibatkan kerusakan di daerah tersebut semakin banyak.


PANTAI TANGKISUNG

Pantai Takisung adalah salah satu pantai yang ada di kaliamanntan. Pantai ini terletak di sebelah Barat Kabupaten Tanah Laut. Berjarak kurang lebih kurang lebih 87 km dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di sepanjang pantai ini terdapat tanaman mangrove dan persawahan pasang surut serta ada beberapa perumahan yang berada di pesisir pantai tersebut.

Kondisi di sekitar pantai pantai ini sangat kotor akibat banyaknya timbunan lumpur dan samapah di sepanjang pantai,serta ranting - ranting pohon yang berserakan ,kondisi seperti ini sangat mempengaruhi kualitas pantai. lumpur disepanjang pantai dapat menyebabkan kekeruhan pada air laut hal ini berakibat buruk untuk ekosistem yang ada di laut. Padahal pantai Takisung ini dijadikan objek wisata tetapi sangat disesalkan tidak dirawat dengan baik.

Di pantai Takisung sering terjadinya abrasi dimana terjadi fluktasi tiap tahun nya. Abrasi terjadi karena tidak ada yang mampu menahan hantaran gelombang yang datang dari laut karena di pantai Takisung tidak terdapat trumbu karang untuk menahan gelombang pasang tersebut. Bahkan pohon bakau yang terdapat di sekitar pantai tidak dapat menahan gelombang besar karena jumlah pohon bakau yang begitu sedikit. Sehingga di buatlah siring tetapi itupun di daerah tertentu saja, tidak sepanjang pantai. Jika Abrasi ini dibiarkan begitu saja lambat laun abrasi ini akan meluas.

Penduduk disana kebanyakan mata pencariannya adalah sebagai nelayan, petani dan juga berternak. Sawah di daerah pantai ini adalah sawah tadah hujan menunggu datangnya hujan. Dan apabila terjadi pasang pada air laut maka berakibat sawah mereka akan gagal. Adapun hewan ternak yang ada disana kebanyakan sapi, bebek dan kambing. Sedangkan bagi nelayan untuk mencari nafkah mereka menangkap ikan yang kemudian sebagian dijual dan sebagian lagi diolah menjadi ikan asin dan ikan asin tersebut akan dijual dipasar.

Salinitas merupakan larutan garam yang terkandung dalam air/fluida yang dapat mempengaruhi kualitas air. Air dengan larutan garam yang tinggi akan tidak baik untuk sistem irigasi ataupun kebutuhan air bersih masyarakat. salinitas air laut yang terdapat di pantai Takisung yaitu kurang lebih mencapai 30 %, artinya salinitas air lautnya tinggi. Salinitas sangat berpengaruh terhadap kesehatan makhluk hidup. Pada pengukuran pH air laut di Tangkisung dengan menggunakan alat soiltester kami memperoleh pH air laut di tangkisung mencapai 9 yaitu dalam keadaan basa. Selain itu kami juga mengukur kecerahan air yang diperoleh dari observasi dengan keping saci adalah 32 cm,serta hasil untuk kecepatan arusnya yang didapatkan dengan menggunakan floumeter selama 3 menit adalah 1927.

Kamis, 04 Juni 2009

TUGAS MID

  1. Buatlah model polusi lahan rawa pasang surut yang telah dikonversi untuk sawah dengan menggunakan metode pertanian intensif. Perbandingan pupuk sintesis dan pupuk kandang yang digunakan adalah 1:2. Laju penguraian pupuk berbanding 2:6. Untuk menguraikan pupuk tersebut diperlukan air sebanyak 1000 liter per bulan per hektar lahan. Untuk menghasilkan 5 ton gabah kering per tiga bulan diperlukan 100 kg pupuk sintesis. Untuk mengejar target produksi tahunan sebesar 5 M ton per tahun apa yang harus dilakukan jika pemakaian pupuk tidak boleh lebih dari 150 kg per hektar.
  2. Untuk menaikan pH air dikawasan budidaya perikanan dari 4 menjadi 5 diperlukan 100 ton kapur per bulan . Jika 1 liter air dengan pH 4 perubahan menjadi 5 diperlukan 1 gram kapur. Berapakah jumlah air yang digunakan dalam kegiatan budidaya perikanan tersebut perbulan.
  3. Sebutkan enam sungai besar yang berasal dari pegunungan meratus dan bermuara dikawasan rawa (cekungan Barito) dan di sungai Barito.
JAWABAN

  1. Diketahui :
    • Perbandingan pemakaian pupuk sintesis : organik = 1 : 2
    • Perbandingan laju penguraian pupuk sintesia : organik = 2 : 6
    • Air yang digunakan untuk penguraian pupuk pada lahan 1 hektar = 1000 liter / bulan
    • Pupuk sintesis yang digunakan / 3 bulan = 100 kg
    • Pupuk organik yang digunakan / 3 bulan = 200 kg
    • Gabah kering yang dperoleh / 3 bulan = 5 ton
    • Dalam 1 tahun = 12 bulan : 3 bulan = 4 kali musim tanah
    Ditanya : Apa yang dilakukan untuk mengejar target produksi 1 tahun 5 mega ton gabah kering dan pupuk yang digunakan tidak boleh lebih dari 150 kg pupuk
    Jawab :
    • Target produksi 5 Mega ton = 5.000.000 ton /tahun
    • Dalam 1 tahun = 4 musim tanam
    • 1 musim tanam = 5.000.000 : 4 = 125.000 per 3 bulan
    • 300 kg pupuk / 3 bulan = 5 ton untuk lahan 1 hektar
    • 150 kg pupuk / 3 bulan = 2,5 ton untuk lahan 1 hektar
    • Untuk mencapai target produksi 125.000 ton per 3 bulan maka lahan yang digunakan = 125.000 ton : 2,5 ton = 50.000 hektar
    • Lahan yang digunakan 1 tahun = 50.000 x 4 musim tanam = 200.000 hektar
    • Pupuk yang digunakan dalam 1 tahun = 150 x 200.000 = 30.000.000 kg
    Jadi, untuk mencapai target produksi 5.000.000 ton dengan pemakaian pupuk tidak boleh lebih dari 150 kg maka lahan yang digunakan untuk bertanam adalah 200.000 hektar


  2. Diketahui :
    • Dikawasan budidaya perikanan
    • 100 ton kapur per bulan = menaikkan pH 4 menjadi 5
    • 1 gram kapur = 1 liter air dengan pH 4 perubahan menjadi 5.
    Ditanya : Berapakah jumlah air yang digunakan dalam kegiatan budidaya perikanan tersebut perbulan?
    Jawab :
    • 100 ton kapur/bulan = 100.000 kg kapur/bulan
    • 100.000 kg kapur/bulan = 100.000.000 gram kapur/bulan
    • 1 gram kapur = 1 liter air
    • 100.000.000 gram = 100.000.000 x 1 liter air = 100.000.000 liter air
    Jadi, jumlah air yang digunakan dalam kegiatan budidaya perikanan tersebut per bulan adalah 100.000.000 liter air

  3. Enam sungai besar yang berasal dari pegunungan meratus dan bermuara dikawasan rawa (cekungan Barito) dan di sungai Barito, yaitu :
    1. Sungai negara
    2. Sungai Pekapuran
    3. Sungai Amandit
    4. Sungai Kapuas
    5. Sungai Tabuk
    6. Sungai Kahayan

ECENG GONDOK DIPERAIRAN

Eceng gondok atau enceng gondok adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas Monocotylodenae dan keluarga Pontederiaceae. Tumbuhan ini di Indonesia merupakan tumbuhan eksotik yakni didatangkan dari luar, jadi bukan tumbuhan asli (native) Indonesia. Menurut riwayat tanaman ini dibawa ke Indonesia dijaman Raffless sebagai gubernur jenderal, ditanam di kolam di kebun raya Bogor karena warna bunganya yang menarik. Kemudian tersebar ke sungai dekat Kebun Raya Bogor hingga selanjutnya berkembang biak dengan cepat di berbagai badan perairan.

Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.

Yang sangat menonjol dari tanaman ini adalah perkembangbiakannya yang luar biasa cepatnya. Ia dapat berkembang biak secara vegetatif dengan stolon dan juga secara generatif dengan biji. Gangstad (197 dalam bukunya Weed Control in River Basin Management mencatat bahwa tanaman air ini dapat berlipat dua dalam jangka waktu sepuluh hari, karena itu maka bila seratus tanaman dibiarkan di suatu perairan, dalam jangka waktu delapan bulan ia akan menutupi wilayah perairan seluas 1 km2.

Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Kemampuan perkembangbiakannya yang tinggi dan penyesuaian dirinya yang baik pada berbagai iklim membuat tanaman ini telah tersebar luas di dunia terutama di negara-negara tropis dan sub-tropis. Penanggulangan tanaman ini sangat sukar sehingga terus menerus menimbulkan problema-problema yang berhubungan dengan navigasi, kontrol banjir, agrikultur, irigasi dan drainase, nilai dari tanah, konservasi satwa liar, perikanan, suplai sumber air, kesehatan lingkungan dan lainnya sehingga pantaslah apabila tanaman ini digelari sebagai “Gulma (tanaman pengganggu) terburuk didunia” dan “Gulma dengan biaya pengelolaan jutaan dollar”.

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.

Pada sungai yang aliran airnya tenang eceng gondok dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, tetapi pada sungai yang deras eceng gondok cenderung untuk hanyut terbawa air. Karena itu maka pembuangan sampah ke sungai-sungai yang dapat menghambat aliran air sangat mendukung tumbuhnya eceng gondok dengan baik. Pada perairan yang dangkal, terutama yang berlumpur, eceng gondok tumbuh lebih baik daripada di perairan yang dalam, hal ini erat kaitannya dengan kandungan nutrisi dalam Lumpur yang lebih banyak dan lebih mudah diserap oleh tanaman dari pada di perairan dalam. Tiang-tiang penyangga jembatan, batu dan benda lainya yang memungkinkan eceng gondok terkait menyebabkan tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang di lokasi tersebut. Selanjutnya air yang lebih keruh, yang konduktivitasnya tinggi juga memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik.

Sebaliknya eceng gondok juga memberikan pengaruh terhadap perairan lingkungan sekitarnya, diantaranya adalah dapat menghambat lancarnya arus air, mempercepat proses pendangkalan karena ia memiliki kemampuan untuk menahan partikel-partikel yang terdapat dalam air, menyuburkan perairan dengan sampah-sampah organiknya sehinga memungkinkan tumbuhnya tanaman lain dan merupakan sarang dari berbagai vektor penyakit, seperti nyamuk. Lingkungan menjadi kurang bersih, khususnya air menjadi kotor.

Pertumbuhan eceng gondok ini juga mempunyai dampak negatif lainnya bagi lingkungan, yaitu dapat meningkatnya penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman, karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat, menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air, eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan sehingga mengganggu lalu lintas air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya, meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia dan dapat menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

Dianggap gulma yang mengganggu dan mempunyai dampak negatif yang banyak maka ada beberapa cara untuk menanggulanginya yaitu dengan cara menggunakan menggunakan herbisida, mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan, menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah dilakukan di danau Kerinci dan berhasil mengatasi eceng gondok di danau tersebut, eceng gongok juga bisa digunakan sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida.

Dari banyaknya dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh eceng gondok maka diperlukan penanganan atau pengelolaan tanaman ini harus dilaksanakan dengan lebih serius dan partisipasi masyarakat untuk menjaga kondisi lingkungan perairan agar tetap bersih dengan misalnya tidak membuang sampah ke dalam sungai, secara bergotong-royong mengangkat eceng gondok dari permukaan air, sangat diperlukan untuk mengurangi penyebaran tanaman tersebut.

DANAU SENTARUM

Kalimantan Barat bukan cuma terkenal dengan Tugu Khatulistiwa ataupun ikan arwana merah yang sangat mahal harganya. Di provinsi ini juga terdapat lahan gambut purba berupa hamparan akar tanaman yang sudah membusuk dan umurnya diperkirakan lebih dari 20.000 tahun. Lahan gambut tropis tertua di dunia ini berada di lahan basah, yakni di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum di
Kabupaten Kapuas Hulu. Provinsi Kalimantan Barat.

Danau Sentarum sebagai danau musiman yang berada di taman nasional ini terletak pada sebelah cekungan sungai Kapuas yang terletak di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, atau sekitar 700 kilometer dari Kota Pontianak. Danau ini dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi yang mengelilinginya, Danau Sentarum merupakan daerah tangkapan air dan sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Dengan demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut.
Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini menjadikan Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya. Airnya bewarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Danau seluas 132.000 hektar ini terdiri atas danau- danau kecil yang jumlahnya sekitar 20 danau dan satu sama lain dihubungkan aliran sungai. Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter dan menyebabkan tergenangnya hutan sekitarnya. Tetapi, pada saat musim kemarau, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif stabil. Saat musim kemarau, sekitar 50 persen air danau tumpah ke bagian muaranya di Sungai Kapuas dan saat itulah baru tampak danau-danau kecil yang satu sama lain dihubungkan aliran sungai.Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah yang luas. Ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil.

Namun, bukan fenomena alam ini saja yang menjadi keunikan Danau Sentarum. Danau yang terbentuk pada zaman es atau periode pleistosen ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar biasa dan tak dimiliki daerah lain. Tumbuhannya saja ada 510 spesies dan 33 spesies di antaranya endemik Taman Nasional Danau Sentarum, termasuk 10 spesies di antaranya merupakan spesies baru.

Hewan mamalia di Taman Nasional Danau Sentarum ada 141 spesies. Sekitar 29 spesies diantaranya spesies endemik, dan 64 persen hewan mamalia itu endemik Borneo. Terdapat 266 spesies ikan, sekitar 78 persen di antaranya merupakan ikan endemik air tawar Borneo. Tak cuma itu keunikan Taman Nasional Danau Sentarum. Di danau ini terdapat reptil sebanyak 26 spesies dan burung 310 spesies, sekitar 13 spesies di antaranya merupakan burung endemik.

Tak heran, dengan berbagai keunikan ini Taman Nasional Danau Sentarum ditetapkan sebagai warisan kekayaan dunia yang tak ternilai harganya. Tak ada lahan lain di dunia yang memiliki keunikan seperti Taman Nasional Danau Sentarum. Walaupun banyak terdapat lahan gambut di Kalimantan Barat, namun sebagian besar berusia muda sekitar 2.000-7.000 tahun, sedangkan yang tertua satu-satunya hanya Taman Nasional Danau Sentarum.

Taman Nasional Danau Sentarum juga memiliki beberapa tipe hutan yang sangat unik dan tak terdapat di daerah lain. Di Taman Nasional Danau Sentarum, misalnya terdapat hutan rawa putat yang didominasi tanaman perdu dan pohon-pohon kerdil yang tingginya berkisar lima sampai delapan meter.

Uniknya, hutan ini bisa tumbuh berdampingan dengan hutan tipe rawa kawi berupa hutan terbuka dengan tinggi pohon berkisar 6-25 meter serta hutan rawa rangas yang terdapat di pinggir sungai dengan ketinggian pohon 17-31 meter.

Di sekitarnya tumbuh pula hutan rawa tempurau dengan ketinggian pohon rata-rata sekitar 22 meter serta hutan rawa gambut kelansau-kerintak yang berada di kaki bukit dengan ketinggian pohon rata-rata 32 meter. Pada bagian lain, tumbuh pula hutan kerangas, yakni hutan yang tumbuh di tanah lempung dengan ketinggian pohon sekitar 37 meter.

Beragamnya hutan dengan berbagai jenis pohon menyebabkan hutan di Taman Nasional Danau Sentarum menjadi habitat berbagai jenis satwa liar dan langka, seperti orangutan (Pongo pygmaeus), siamang (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), beruang madu (Helarctos malayanus), dan beberapa jenis rusa.

Taman Nasional Danau Sentarum memiliki tumbuhan khas dan asli yaitu tembesu/tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri).

Selain itu, kawasan danau itu menjadi habitat berbagai jenis ikan air tawar. Ikan yang bernilai ekonomis dan dikonsumsi warga, antara lain ikan gabus, toman, baung, lais, belida, dan jelawat. Bekerja sebagai nelayan ikan merupakan pekerjaan dan sumber penghasilan utama mereka

Namun, yang dirasakan bermanfaat langsung bagi masyarakat, hutan ini menjadi habitat lebah liar (Apis dorsata) yang mampu menghasilkan madu terbaik di Kalbar. Tidak heran apabila kemudian sebagian masyarakat di sekitar Taman Nasional Danau Sentarum berlomba-lomba menjadi petani lebah.

Selain hutan yang bagus dan menjadi habitat lebah, Taman Nasional Danau Sentarum juga menjadi habitat berbagai jenis ikan air tawar. Dari segi ukuran, misalnya ada jenis ikan terkecil, yang dikenal dengan nama ikan linut (Sundasalanx cf. microps) berukuran 1-2 sentimeter dengan tubuhnya yang transparan seperti kaca, hingga ikan berukuran panjang dua meter seperti ikan tapah dari genus Wallago. Adapun ikan yang bernilai ekonomis dan dikonsumsi warga, misalnya, ada ikan gabus, toman,baung, lais, belida, dan jelawat.

Khusus ikan hias, di Taman Nasional Danau Sentarum terdapat ikan silok atau arwana (Scleropages formosus) dan arwana merah. Namun, populasi jenis ini sekarang menurun drastis karena harganya yang mahal menyebabkannya dieksploitasi secara berlebihan.

Bukan hanya ikan arwana merah yang kini populasinya terus menurun. Lebah liar yang menjadi andalan sebagian masyarakat kini populasinya juga terus merosot akibat pembabatan hutan secara besar-besaran di Taman Nasional Danau Sentarum.